Penyakit Berbahaya SOSIOPAT

Dewi adalah gadis yang menarik. Cara bicaranya hangat, membuat orang-orang yang diajak mengobrol kerasan. Saat berada di tempat baru, gadis 25 tahun itu juga seakan menyedot perhatian. Dewi adalah sosok idola. Detty, salah satu teman Dewi berpendapat, gadis itu memang punya ‘bakat’ khusus untuk menyenangkan orang lain.
“Siapa yang tak jatuh cinta pada Dewi, semua orang suka,” cerita Detty. Detty juga sempat menyukai Dewi dan ingin menjadikannya teman dekat.
 Namun entah kenapa, setelah beberapa saat mengenal Dewi, ada sesuatu yang aneh. Beberapa kali,Dewi ketahuan berbohong. Entah itu soal pekerjaan, atau soal keluarganya. Dan saat ketahuan, Dewi seakan merasa tenang-tenang saja. Dia tak merasa bersalah atau bahkan malu. Dewi juga bisa melakukan manipulasi tertentu untuk menjatuhkan teman-teman sekantornya. “Dia dipercaya sama bos, jadi apa pun yang dikatakannya langsung dipercaya, padahal itu manipulasi dia,” kata Detty
Rudi, rekan Dewi yang lain, juga melihat hal yang sama. Rudi menyebut Dewi sebagai troublemaker, meski tidak dengan cara ribut-ribut. “Kayak semacam mengadu domba gitu,” ujar Rudi. Pria 32 tahun itu bahkan mengaku pernah menjadi korban Dewi sampai-sampai dia bersitegang dengan rekannya yang lain.
 Antisosial
Orang dengan ciri-ciri seperti Dewi mungkin banyak ditemui dalam pergaulan. Ada yang biasa-biasa saja, tapi ada juga yang parah sehingga sudah mengganggu dan merugikan orang lain. Sosiopat merupakan perilaku antisosial. Ditandai dengan defisit emosi sosial seperti kurangnya rasa empati, tidak merasa bersalah, malu, atau menyesal.
 Ahli University of Tennessee- Knoxville menyebut, sosiopat tidak memiliki rasa tanggung jawab moral dan hati nurani secara sosial. Sosiopat sering menciptakan skema untuk memanipulasi orang. Mereka tidak pernah memperhatikan konsekuensi yang dapat menimbulkan kerugian orang lain. Ini merupakan salah satu reaksi dari sikap dinginnya yang menggambarkan kurangnya moral. Yang terpenting bagi mereka adalah mewujudkan keinginan sendiri, meski harus merugikan orang lain. Biasanya, mereka adalah orang-orang yang penuh kebohongan, antisosial, munafik, dan narsis.
Namun biasanya, sosiopat ‘dianugerahi’ dengan bakat-bakat menyenangkan. Selalu pintar bicara dan menarik perhatian. Dia bisa menjadi pribadi yang sangat lembut dan menghibur. Untuk menjalankan aksinya dan mendapatkan yang diinginkan, para sosiopat memunculkan karakter idaman yang diinginkan semua orang. Diimpikan menjadi pasangan dan diidolakan sebagai sahabat.
Hingga kini, para ahli belum mengetahui apa penyebab seseorang bisa menjadi sosiopat. Namun penelitian di Amerika Serikat menemukan bahwa anak tunggal memiliki risiko tinggi mengalaminya. Penelitian yang melibatkan 20 ribu anak ini menemukan, mereka yang tumbuh tanpa hadirnya saudara kandung akan sulit beradaptasi dengan lingkungan baru. Ini bisa jadi awal ‘berkembangnya’ sosiopat.
Gejalanya adalah kesulitan bergaul saat berada di lingkungan baru. Namun jika anak Anda terdapat ciri-ciri ini, tidak perlu khawatir. Belum tentu mereka sosiopat. Bisa jadi anak itu hanya mengalami gangguan perilaku atau conduct disorder saja. “Mereka masih dalam tahap perkembangan, kondisi itu masih bisa diperbaiki,” kata psikolog anak, Kasandra Putranto.
 Cara Mengenali Sosiopat
1. Amati Perilakunya
Sehari-hari, sosiopat tampak seperti orang yang tidak bermasalah. Bahkan sering kali kehidupan mereka terlihat sangat menyenangkan. Padahal bisa jadi, mereka sedang memanipulasi. Manipulasi yang umum dilakukan adalah dengan menipu termasuk berpura-pura menarik emosi korban.
2. Suka Menjatuhkan Orang
Perhatikan apakah ada rekan kerja yang gemar mengorbankan orang lain demi mencapai keinginannya. Karena tidak punya rasa empati, mereka tidak merasa bersalah melakukannya.
 3. Cari Informasi
Jika Anda mencurigai ada rekan kerja memiliki tanda-tanda sosiopat, mulailah mencari informasi tentang dirinya. Termasuk memverifikasi cerita-ceritanya. Seorang sosiopat biasanya menyusun latar belakang rumit, mengembangkan nilai dan pengalaman mereka. Mereka selalu berusaha meyakinkan orang lain untuk memenuhi keinginan mereka.
 4. Tak Punya Rasa Bersalah 
Lihat bagaimana ekspresi mereka saat melakukan kesalahan. Rasa menyesal tidak selalu diungkapkan dengan kata maaf, tapi bisa saja lewat ekspresi. Seorang sosiopat biasanya akan bersikap dingin alias tanpa ekspresi. Ekspresi inilah yang sering ditunjukkan para sosiopat yang dihukum karena melakukan kejahatan.
 5. Tes Psikologi
Jika sudah yakin, cobalah untuk mengajak rekan tersebut untuk melakukan tes psikologi. Dengan begitu akan diketahui pasti dan akan mendapatkan pengobatan terapi yang akan membantu mereka. (KEN/YOG)

sumber